1
Kabut semakin menutup malam, dibawah pohon cemara aku duduk menunggu bis datang. Jam tangan pemberian tante itu sedikit berguna, walau aku tak mau memakainya di depan dia. Pukul 20.00, hanya ada aku seorang diri, selalu seorang diri. Tak terasa air mataku menetes, something wrong with my life, my love...semenjak ditinggal oleh mama, papa menikah lagi. Isak tangisku pecah bersamaan dengan turunnya air langit. Kenapa? kenapa dengan mudahnya papa mengganti sosok mama...
"Ini. Ini adalah payung dari langit untukmu, payung ini nyangkut di pohon cemara. Lalu aku sengaja memanjat pohon itu dan mengambilnya. ini, ambilah."laki-laki itu tersenyum padaku.
"payung dari langit?"aku tidak percaya.
"ya, itu payung dari langit untukmu."lalu dia berlari meninggalkanku.
"Terimakasih."aku berteriak, dia menoleh lalu tersenyum.
Malam itu entah kenapa aku merasa aku tak kan merasa sendirian lagi, aku pun tersenyum. Ku buka payung ungu itu dan dari dalamnya memancar cahaya indah, indah sekali.
Rumah begitu sepi dan gelap. Aku mengendap-endap masuk ke dalam menuju kamar, tiba-tiba lampu menyala.
"hah!"
"Hana, kemana lagi kamu hari ini?"
"Papa, aku...aku ada praktikum tambahan, jadi..aku pulang lebih lama dari biasanya." kulihat tante duduk disamping papa, wajahnya terlihat khawatir, entahlah..
"Tadi barusan papa menelepon wali kelasmu, katanya tidak ada jadwal tambahan."
glek. Aku menelan ludah..."papa, aku kebelet pipis!"lalu aku berlari menuju kamar.
"Ganti bajumu, nanti kau sakit! Hana, lebih baik kau jujur saja."
Maaf papa, aku berbohong. Sebenarnya semenjak mama pergi dan papa menikah lagi, setiap malam aku selalu datang ke bukit cinta. Mama sering membawaku kesana jika merasa kesepian karena ditinggal papa kerja keluar kota atau keluar negeri. Aku menjatuhkan tubuhku yang basah kekasur, nyaman sekali rasanya. Oh iya payung langit!
0 komentar :
Posting Komentar